Selasa, 03 Juli 2012

Rukun Wajib Ibadah Haji

Haji
Haji (Arab: حج‎, Ḥaǧǧ) adalah rukun Islam yang kelima setelah syahadat, shalat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal sebagai musim haji (bulan Dzulhijjah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf (berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah, dan berakhir setelah melempar jumrah (melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Dzulhijjah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.

Definisi

Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi. Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan temat-tempat tertentu dalam definisi diatas, selain Ka'bah dan Mas'a(tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.
Latar belakang ibadah haji

Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan disana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti thawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya agama Tauhid). Ritual thawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibarahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjid Al Haram, Makkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.
Jenis ibadah haji


Ritual haji, rukun Islam yang terakhir.

Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya.Rasulullah SAW memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah RA berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah SAW dalam tahun hajjatul wada. Diantara kami ada yang berihram, untuk haji dan umrah dan ada pula yang berihram untuk haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.

Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.
Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila sesorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.

Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, ditahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah didalam bulan-bulan serta didalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud disini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua thawaf dan dua sa'i.

Kegiatan ibadah haji



Padang Arafah pada musim haji




Rute yang dilalui oleh jamaah dalam ibadah haji

Berikut adalah kegiatan utama dalam ibadah haji berdasarkan urutan waktu:
Sebelum 8 Dzulhijjah, umat Islam dari seluruh dunia mulai berbondong untuk melaksanakan Tawaf Haji di Masjid Al Haram, Makkah.
  • 8 Dzulhijjah, jamaah haji harus bermalam di Mina. Sebelumnyanya pada pagi 8 Dzulhijjah, semua umat Islam memakai pakaian Ihram (dua lembar kain tanpa jahitan sebagai pakaian haji), kemudian berniat haji, dan membaca bacaan Talbiyah. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah, jamaah menuju Mina. Malam harinya, semua jamaah haji harus bermalam di Mina.
  • 9 Dzulhijjah, pagi harinya semua jamaah haji pergi ke Arafah. Kemudian jamaah melaksanakan ibadah Wukuf, yaitu berdiam diri dan berdoa di padang luas ini hingga Maghrib datang. Ketika malam datang, jamaah segera menuju dan bermalam Muzdalifah.
  • 10 Dzulhijjah, setelah pagi di Muzdalifah, jamaah segera menuju Mina untuk melaksanakan ibadah Jumrah Aqabah, yaitu melempar batu sebanyak tujuh kali ke tugu pertama sebagai simbolisasi mengusir setan. Setelah mencukur rambut atau sebagian rambut, jamaah bisa Tawaf Haji (menyelesaikan Haji), atau bermalam di Mina dan melaksanakan jumrah sambungan (Ula dan Wustha).
  • 11 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
  • 12 Dzulhijjah, melempar jumrah sambungan (Ula) di tugu pertama, tugu kedua, dan tugu ketiga.
  • Sebelum pulang ke negara masing-masing, jamaah melaksanakan Thawaf Wada' (thawaf perpisahan).

Lokasi utama dalam ibadah haji

Makkah Al Mukaromah

Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.

Arafah

Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yiatu tempat wukuf dilaksanakan, yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah tiap tahunnya. Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.

Mina

Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Dimasing-maising tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap satu malam.
Muzdalifah

Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukanMabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.
Madinah

Adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 kmmelalui transportasi darat) utara Makkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di masjidnya Nabi.

Tempat Bersejarah
Jabal Nur dan Gua Hira
Jabal Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram. Di puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad saw menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.

Jabal Tsur
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung inilah Nabi Muhammad saw dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.
Jabal Rahmah
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam as dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun dari surga. Peristiwa pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi Muhammad saw, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.

Jabal Uhud
Letaknya kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad saw. Kecintaan Rasulullah saw pada para syuhada Uhud, membuat beliau selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
Makam Baqi'

Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai sekarang. Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan ra, para istri Nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam seperti di tanah suci ini dengan makam yang ada di Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan lihat Hikmah Ziarah ke Makam Baqi'


Masjid Qiblatain

Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan shalat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerussalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad saw melakukan shalat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat shalat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.




Download versi pdf

Syarat dan Rukun Haji Lengkap

1. Niat ikhlas karena Allah
Allah SWT berfirman, "Padahal mereka tidak diperintah, kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan memurnikan keta’atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama-Nya dengan lurus." (Al-Bayyinah:5).
Dan sabda Nabi saw, "Sesungguhnya segala amal perbuatan bergantung pada niatnya.” (teks hadits dan takhirijnya sudah termaktub dalam pembahasan syarat-syarat sahnya wudhu’).

2. Wuquf di ’Arafah.
Berdasarkan sabda Rasulullah saw. , ”Haji adalah ’Arafah (Wukuf).” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no:2441, Tirmidzi II:188 no:890, Nasa’i V:264, Ibnu Majah II: 1003 no:3015. dan ’Aunul Ma’bud V:425 no:1933).
Dari ’Uwah ath-Thai r.a. bertutur, Aku pernah datang menemui Nabi saw. di Musdalifah sewaktu beliau pergi untuk shalat, lalu aku berkata, ”Ya Rasulullah, sejatinya aku datang dari dua gunung Thai; sangat letih untukku dan telah wuquf disana, lalu apakah ibadah haji saya sah?” Maka jawab Rasulullah saw., ”Barangsiapa yang mengikuti shalat kami ini dan wuquf bersama kami hingga kami bertolak (dari sini) dan sebelumnya telah wuquf di ’Arafah pada siang atau malam hari, maka sempurnalah ibadah hajinya dan hilanglah kotorannya (Artinya dia telah melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya berupa manasik, pent.)” (Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 2442, Tirmidzi II: 188 no:892, ’Aunul Ma’bud V:427 no:1934, dan Ibnu Majah II: 1004 no.3016 serta Nasa’i no:263).

3. Mabit di Muzdalifah hingga terbit matahari dan shalat shubuh di sana. Sebagaimana yang termaktub dalam hadits di atas:
“Barangsiapa yang mengikuti shalat kami dan wuquf bersama kami hingga kami bertolak (dari sini menuju Mina), dan sebelumnya telah wuquf di ‘Arafah pada siang atau malam hari maka sempurnalah ibadah hajinya dan hilanglah kotorannya.”

4. Melakukan Thawaf Ifadhah.
Allah SWT berfirman, “Dan hendaklah mereka melakukan thawaf di sekeliling rumah yang mulia (Baitullah).” (Al-Hajj :29).
Dari Aisyah r.a. bertutur, Shafiyah binti Huyay datang bulan setelah sebelumnya saya informasikan kepada Rasulullah saw, maka beliau bertanya, apakah ia menyebabkan kita tertahan atau terhalang dalam perjalanan kita sekarang ini (dengan sebab tidak dapat mengerjakan thawaf ifadhah karena halnya itu, pent.)?” Saya jawab, “Ya Rasulullah, bahwa Shafiyah sudah mengerjakan thawaf ifadhah dan sudah thawaf di sekeliling Baitullah, kemudian setelah melakukan thawaf ifadhah ia haidh.” Maka sabda Beliau, “Kalau begitu hendaklah dia keluar [pulang bersama kami]!” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari III:567 no:1733, Muslim II:964 no:1211, ’Aunul Ma’bud V:486 no:1987, Nasa’i I:194, Tirmidzi II:210 no:949 dan Ibnu Majah II: 1021 no:30725).
Jadi, sabda Nabi saw., “Apakah ia menyebabkan kita tertahan, ini menunjukkan bahwa thawaf ifadhah merupakan suatu kemestian yang harus dilaksanakan, dan ia menjadi penghalang dan penahan bagi orang yang belum mengerjakkannya.

5. Melakukan sa’i antara Shawaf dan Marwah, karena Rasulullah saw. melakukannya, bahkan beliau juga memerintahkannya:
“Bersa’ilah; karena sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas kalian melakukan sa’i." (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:1072, al-Fathur Rabbani XII: 72 no:277 dam Sumber: Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 489 -- 491.

Hadis Rasulullah Tentang Berbuat Ikhlas

Nabi s.a.w. telah bersabda: "Yang sangat aku takuti atas kamu adalah syirik kecil". Sahabat bertanya: "Ya Rasulullah apakah syirik kecil itu." Jawab baginda: "Riya'. Pada hari pembalasan kelak Allah berkata kepada mereka; pergi lah kamu kepada orang-orang yang dahulu kamu beramal kerana mereka di dunia, lihatlah disana kalau-kalau kamu mendapat kebaikkan dari mereka."

Riya' adalah beramal untuk dilihat orang, dipuji. Abu Lais berkata: Dikatakan kepada mereka sedemikian itu kerana amal perbuatan mereka ketika didunia secara tipuan, maka dibalas demikian.

Allah membalas tipuan mereka itu dengan membatalkan semua amal perbuatan mereka itu. Kerana mereka dahulu tidak beramal untuk Allah, tiap amal yang tidak dikerjakan ikhlas untuk Allah tidak sampai kepadaNya.

Abu Lais meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w bersabda: Allah telah berfirman:

"Aku yang terkaya dari semua sekutu. Aku tidak berhajat dari segala amal yang di persekutukan kepada lain dari Ku, maka aku lepas bebas dari amal itu."

Hadis ini sebagai dalil bahawa Allah tidak menerima amal kecuali yang ikhlas melulu kepadaNya. Maka jika tidak ikhlas tidak diterima dan tidak ada pahalanya bahkan tempatnya tetap dalam neraka jahannam.

Tersebuat dalam surah al-Isyrak:

Sesiapa yang ingin kan dunia dengan amalnya, kami berikan kepadanya dari kekayaan dunia dan bagi sesiapa yang kami kehendakki kebinasaan nya, kemudian kami masukkan dia kedalam neraka jahanam sebagai seorang terhina dan terusir jauh dari rahmat Allah. Dan sesiapa yang inginkan akhirat dan berusaha dengan sungguh dan ikhlas dan disertai iman, maka usaha amal mereka itulah yang terpji.

Dari ayat ini nyatalah bahawa yang beramal kerana Allah maka akan diterima sedangkan yang beramal tidak kerana Allah taidak akan diterima dan hanya mendapat laelah dan susah semata-mata.

Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w bersabda:

Ada kalanya orang yang berpuasa tidak mendapat apa-apa dari puasanya kecuali lapar dan dahaga, dan ada kalanya orang yang bangun malam tidak mendapar apa-apa dari ibadatnya kecuali mengantuk, yakni tidak mendapat pahala dari amalnya.

Orang yang beramal dengan Riya' dan Sumaah itu bagaikan seorang yang keluar kepasar dengan mengisi dompetnya dengan batu, semua orang berasa kagum dan berkata: alangkah penuhnya dompet wang orang itu. Tetapi sama sekali tidak berguna bagi orang itu kerana tidak dapat dibelanjakan wang itu, hanya semata-mata mendapat pujian orang. Demikina jugalah orang yang beramal denga Riya' dan Sumaah tidak tidak ada pahalanya di akhirat sebagaimana firman Allah dalam surah al-Furqan ayat 23:

Dan kami periksa semua amal perbuatan mereka lalu kami jadikan debu yang berhamburan.

Seorang datang kepada Nabi s.a.w dan berkata: "Ya Rasulullah aku bersedekah dengan mengharap keridhoaan dari Allah dan ingin juga disebut kebaikkan aku", maka turunlah ayat 111 surah al-Kahfi:

Maka sesiapa yang berharap akan bertemu tuhannya, maka hendaklah berbuat amal yang baik dan janganlah mempersekutukan Allah dalam semua ibadatnya.

Sesiapa yang takut tetapi tidak berhati-hati maka tidak berguna takut itu. Seperti berkata: Aku takut siksa Allah tetapi tidak hati-hati dari dosa, maka tidak berguna takutnya itu.

Sesiapa yang berharap tetapi tidak beramal maka sia-sia harapnya itu. Sesiapa yang niat tapi tidak dilaksanakan, tiak berguna niatnya itu. Sesiapa yang berdoa tanpa usaha, maka sia-sia doanya itu. Sesiapa yang ishtigfar tanpa menyesal, maka tidak berguna ish tigfarnya itu. Sesiapa yang beramal tanpa ikhlas makan sia-sia amalnya itu.

Akan keluar pada akhir zaman satu kaum yangmencari agama dengan menjual agama, memakai pakaian bulu, lidah mereka lebih manis dari madu, sedangkan hati mereka bagaikan serigala.

Abdullah alMubarak meriwayatkan dari AbuBakar bin Maryam dari Dhomirah dari Abi Habib; Rasulullah s.a.w bersabda:

Ada kalanya malaikat membawa amal seorang hamba dan mereka anggap banyak dan mereka menyanjungnya sehingga sampai ke hazrat Allah, lalu Allah berfirman kepada mereka: Kamu hanya mencatat amal hamba Ku sedangkan Aku mengawasi isi dan niat hatinya, hamba Ku ini tidak ikhlas kepada Ku dalam amalnya maka campakkanlah ia kedalam sijjin.
Dan ada kalanya membawa naik amal hamba yang meraka anggap sedikit dan kecil sehingga sampai kepada Allah, maka Allah berfirman kepada Malaikat: Kamu hanya mencatat amal hamba Ku sedangkan Aku mengawasi isi dan niat hatinya, orang iniamat khlas dalam amal perbuatannya kepada Ku, catatlah amalnya dalam illiyin.

Amal yang sedikit tapi Ikhlas lebih baik dari amal yang banyak tapi tidak ikhlas.

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w bersabda: Apabila hari Khiamat maka Allah akan menghukum diantara para makhluk dan semua umat bertekuk lutut.
Yang pertama akan dipanggil ialah orang yang pandai alQur'an, orang yang mati fisabilillah dan orang kaya.


Maka Allah bertanya kepada orang yang pandai alQur'an: Tidak kah Aku telah mengajarkan kepada mu atas apa yang Aku turunkan kepada utusanku.
Jawab orang itu: Benar Tuhan ku.
Firman Allah: Lalu apakah yang telah kamu lakukan atas apa yang kamu ketahui itu.
Jawabnya: Aku telah mempelajarinya di waktu malam dan mengamalkannya di waktu siang.
Firman Allah: Dusta kau.
Malaikat juga berkata: Dusta kau, sebenarnya engkau hanya ingin di gelar qari dan ahli dalam alQur'an, dan sudah disebut sedemikian itu.


Lalu dipanggil orang kaya dan ditanya: Apa yang engkau telah perbuatkan terhadap harta yang telah Aku kurniakan itu?
Jawabnya: Aku telah mengunakannya untuk membantu sanak saudara dan bersedekah.
Firman Allah: Dusta kau
Para Malaikat juga berkata: Dusta kau, kau berbuat begitu hanya ingin disebut sebagai dermawan, dan sudah terkenal demikina itu.


Lalu dihadapkan orang yang mati syahid berjihad fisabilillah, ditanya: Kenapa kamu terbunuh?
Jawabnya: Aku telah berperang untuk menegakkan agama Mu sehingga aku terbunuh.
Allah berfirman: Dusta engkau.
Malaikat juga berkata: Dusta engkau, engkau hanya ingin disebut pahlawan yang gagah berani dan sudah disebut demikian itu.


Kemudian Nabi s.a.w memukul paha ku sambil bersabda: HaiAbu Hurairah, ketiga-tiga orang itu lah yang pertama di bakar didalam api neraka pada hari khiamat.

Orang yang ikhlas adalah orang yang menyembunyikan amal kebaikkannya sebagaimana menyembunyikan kejahatannya. Puncak IKHLAS adalah tidak ingin kepada pujian orang.

Zunnun alMishri ketika ditanya: Bilakah orang diketahui bahawa ia masuk dalam pilihan Allah? Jawabnya: Jika telah meninggalkan isytirehat, dapat memberi apa yang ada, tidak inginkan kedudukkan dan didak mengharapkan pujian dan cacian orang (yakni dipuji tidak merasa bangga dan dicela tidak merasa gundah).

Hadis tentang Amal Yang Bergantung pada Niat

Abul Laith Assamarqandi meriwayatkan dengan sanadnya dari Zaid bin Maisarah berkata: Allah terlah berfirman: Aku tidak menerima perkataan sesaorang hakim, tetapi aku melihat tujuan dan niatnya kepada Ku, maka aku jadikan diamnya untuk berfikir dan bicaranya sebagai zikir meski pun ia tidak berkata-kata.

Aun bin Abdullah berkata: Dahulu orang-orang soleh menulis surat kepada sahabatnya tiga kalimat;


  • Siapa yang beramal untuk akhirat, maka Allah mencukupi segala urusan dunianya.
  • Dan siapa yang memperbaikki niatnya, maka Allah akan memperbaikki zahirnya.
  • Dan sesiapa yang memperbaikki hubungannya dengan Allah, maka allah akan memperbaikki hubungannya dengan sesama manusia.

Nabi s.a.w bersabda: “Niat sesaorang mukmin lebih baik dari amal perbuatannya”

Oleh sebab itu, niat itu mendapat pahala tanpa amal, sedangkan amal tanpa niat tidak ada pahalanya.

Nabi s.a.w bersabda: ” Seorang hamba dihadapkan pada hari khiamat membawa hasanah sebesar bukit, lalu ada seruan; Siapa yang pernah di iniaya oleh Fulan boleh datang untuk dibayar. Maka datanglah beberapa orang lalu mengambil bahagiannya sehingga tiada tinggal satu pun dari hasanah yang banyak itu, sehingga hamba itu menjadi bingung, lalu tuhan berkata kepadanya: Untuk mu ada simpanan pada Ku yang tidak Aku perlihatkan kepada malaikat atau seorang pun dari makhluk Ku, lalu ia bertanya: Apakah itu. Jawab tuhan: Ia itu NIAT mu, yang kau selalu niat akan berbuat kebaikkan, Aku tulis untuk mu berlipat ganda, tujuh puluh lipat ganda.”


Seorang ‘abid Bani Israel, ketika berjalan melihat anak bukit, lalu ia ingin, andaikan bukit itu menjadi tepung, maka akan diberinya makan kepada Bani Israel yang sedang menderita kelaparan. Maka Allah menurunkan wahyu kepada Nabi ketika itu: Katakanlah kepada ‘abid itu bahawa Allah berfirman; Telah Aku tetapkan bagimu pahala sekiranya bukit itu menjadi tepung dah kamu sedekahkanya.

Juga ada riwayat:

Akan dihadapkan pada hari kiamat seorang hamba, lalu ia meihat dalam suratan amalnya ada haji, umrah, jihad, zakat dan sedekah, maka ia berkata dalam hatinya; dari mana semua itu padahal aku tidak berbuat semua itu, mungkin ini bukan suratan amalku. Maka Allah berfirman; Bacalah itu suratan mu, semasa hidupmu dulu sering berkata, andainya aku mempunya harta nescaya aku jihad. Aku mengetahui akan niatmu itu, maka Aku beri pada mu pahala semua itu.

Abu Hurairah r.a. berkata; Nabi s.a.w bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa mu, dahn tidak melihat harta mu, dan tidak melihat keadaan mu, tetapi melihat amal dan hati mu.

Hadis Mengenai Keutamaan kelebihan Surat al-Fatihah



Hazrat Abdul Malik bin ‘Umair rah. meriwayatkan secara mursal bahawa Rasulallah (s.a.w) bersabda, “Dalam surah al-Fatihah terdapat penawar untuk segala penyakit.” (Hadis riwayat Darimi dan Baihaqi)


PENJELASAN LANJUT

Rasulallah (saw) bersabda, “Aku ingin memberitahu kamu satu surah yang paling afdal dalam al-Quran. Surah itu adalah surah al-Hamd (al-Fatihah) yang mempunyai tujuh ayat. Ayat-ayat ini adalah Saba’ Mathani dan dan mewakili seluruh al-Quran yang agung.”

Telah di riwayatkan dari setengah ahli sufi bahawa segala yang terkandung dalam kitab Allah yang terdahulu terdapat dalam al-Quran dan segala kandungan al-Quran terdapat dalam dalam surah al-Fatihah dan apa-apa yang terkandung dalam surah al-Fatihah terapat dalam “Bismillah” dan apa-apa yang terdapat dalam “Bismillah” terapat dalam huruf “ba”.

Terdapat juga dalam kitab tafsir menerangkan bahawa huruf “ba” bertugas sebagai penemu, yakni huruf “ba” memutuskan segala hubungan sesaorang hamba dengan segala perkara yang lain dan menemukan dengan Allah.

Sebahagian ulamak berpendapat bahawa apa-apa yang terdapat dalam huruf “ba” terkandung dalam titik pada “ba” itu, yakni titik wahdaniah. Dalam istilah ilmu tasauf, titik wahdaniah bermaksud sesuatu yang tidak boleh dibahagi-bahagi lagi.

Setengah ulamak menukilkan, ayat “Iya kanaq budu yaiya kanasta’in” , terkandung segala hajat dunia dan ugama.

Rasullah (saw) pernah bersabda melalui satu hadis, “Demi Zat yang nyawaku dalam genggamanNya, satu surah yang seumpama ini tidak pernah diturunkan samaada dalam Taurat, Injil, Zabur atau bahagian yang lain dalam al-Quran.”

Membaca surah al-Fatihah dengan penuh keyakinan akan dapat menyembuhkan segala penyakit rohani atau jasmani, penyakit zahir atau penyakit batin.

Al-Fatihah yang ditulis dan dijadikan tangkal dan juga menjilat al-Fatihah yang ditulis berfaedah untuk mengubat penyakit.

Terdapat dalam kitab-kitab hadis yang sahih bahawa para sahabat nabi pernah membaca surah al-Fatihah dan menghembus ke atas orang yang di patuk ular atau disengat kala jengking, orang yang terkena sawan dan orang gila. Rasullah (saw) sendiri mengharuskan perbuatan ini.

Dalam satu riwayat, Rasullah (saw) pernah membaca surah al-Fatihah lalu menghembuskan kepada Hazrat Saib bin Yazid (r.a) dan baginda membaca dan menyapu air liur pada tempat yang sakit itu.

Dalam hadis yang lain pula, bahawa sesiapa yang berbaring dengan niat untuk tidur dan membaca al-Fatihah serta surah al-Ikhlas kemudian menghembus keatas dirinya sendiri maka dia akan dijauhkan dari segala bahaya melainkan maut.

Pahala memabaca surah al-Fatihah menyamai pahala membaca dua pertiga al-Quran.

Rasulallah (saw) pernah bersabda, “Aku telah mendapat empat perkara dari khazanah khas dari ‘Arash. Tiada sesiapa pun yang mendapat apa-apa perkara lain dari khazanah tersebut. Pertamanya adalah surah al-Fatihah, keduanya ayat Kursi, ketiganya ayat akhir dari surah al-Baqarah dan keempat surah al-Kauthar.”

Hazrat Hassan Basri (rah) meriwayatkan satu sabdaan Nabi (saw) yang berbunyi, “Seorang yang membaca surah al-Fatihah seumpama seorang yang membaca kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Quran yang mulia.”

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahawa Iblis meraung-raung sambil melumurkan seluruh kepalanya dengan debu apabila berlaku empat peristiwa; pertama apabila dia dilaknat, kedua apabila dia di kelurkan dari syurga ke dunia, ketiga apabila Nabi Mohammad (saw) dianugerahkan dengan kenabian dan kekempat apabila surah al-Fatihah diturunkan.

Pada suatu ketika ada seorang datang kepada Hazrat Sya’abi (rah) mengadu tentang buah pinggangnya yang sakit. Hazrat Sya’abi menasihatkannya supaya membaca ‘Asasul-Quran’ kemudian menghembus kepada tempat yang sakit. Apabila ditanya apakah ‘Asasul-Quran’, Hazrat Sya’abi menjawab, “Surah al-Fatihah.”

Antara amalan para masyaikh yang mujarab ialah surah al-Fatihah. Surah ini juga sebagai Ismul A’zam yang sepatutnya dibaca tujuan memohon apa-apa hajat.

Didalam kitab Sahih Muslim terdapat satu Hadis yang diriwayatkan oleh dari Hazrat Abdullah bin Abas (r.a) bahawa pada suatu ketika Rasulallah (saw) sedang duduk bersama kami. Baginda (saw) bersabda, “Dilangit telah dibuka satu pintu yang belum pernah dibuka sebelum ini, dan dari pintu tersebut turun satu malaikat yang pernah diturunkan sebelum ini. Malaikat itu berkata kepada ku, “Terimalah satu berita gembira dengan dua nur yang belum pernah diberikan kepada sesiapa pun sebelum ini, pertama adalah surah al-Fatihah dan kedua adalah tiga ayat trakhir dari surah al-Baqarah.”

Penjelasan Khaisat Ayat Kursi

ayat kursi
ayat kursi


Mahfum ayat:

Allah, tidak ada yang benar disembah hanya Dia yang Hidup dan Maha Kaya, tidak pernah ditimpa mengantuk dan tidak pernah tidor, bagin Nya sesuatu yang ada di langit dan di bumi, tidak ada yag boleh membri syafaat kecuali denga izin Nya. Ia maha mengetahui segala apa yang terjadi di hadapan mereka dan dibelakang mereka. Tidaklah mereka meliputi ilmunya sedikit jua kecuali yang dikehendakki Nya. Lebih luas kerusinya darilangit dam bumi. Tidak susah bagi Nya memelihara keduanya. Ia maha Tinggi dan maha Besar.

[Allah! There is no god but He, the Living, the Self-subsisting, Eternal. No slumber can seize Him nor sleep. His are all things in the heavens and on earth. Who is there can intercede in His presence except as He permitteth? He knoweth what (appeareth to His creatures as) Before or After or Behind them. Nor shall they compass aught of His knowledge except as He willeth. His Throne doth extend over the heavens and the earth, and He feeleth no fatigue in guarding and preserving them for He is the Most High, the Supreme (in glory).]

Penjelasan:

Ayat Kursi diturunkan pada suatu malam selepas Hijrah. Menurut riwayat, ketika ayat kursi diturunkan disertai dengan beribu-ribu malaikat sebagai penghantarnya, kerana kebesaran dan kemuliaannya.

Syaitan dan Iblis menjadi gempar kerana adanya suatu alamat yang menjadi perintang dalam perjuangan nya.

Rasulallah s.a.w segera memerintah kepada penulis alQuran iaitu Zaid bin Thabit agar segera menulisnya dan menyebarkannya.

Ada terdapat sembilan puluh lima buah hadis yang menjelaskan fazilat ayat kursi. Sebabnya ayat ini disebut ayat KURSI kerana di dalam nya terdapat perkataan KURSI, ertinya tempat duduk yang megah lagi yang mempunyai martabat.

Perlu di ingat, bukan yang di maksudkan dengan KURSI ini tempat duduk tuhan, tetapi adalah KURSI itu syiar atas kebesaran Tuhan.

Khasiat Ayat Kursi:

Sesiapa yang membaca ayat Kursi dengan istikamah setiap kali selesai sembahyang fardhu, setiap pagi dan petang, setiap kali masuk kerumah atau kepasar, setiap kali masuk ke tempat tidur dan musafir, insyaallah akan diamankan dari godaan syaitan dan kejahatan raja-raja (pemerintah) yang kejam, diselamatkan dari kejahatan manusia dan kejahatan binatang yang memudharatkan. Terpelihara dirinya dann keluarganya, anak-anak nya, hartanya, rumahnya dari kecurian, kebakaran dan kekaraman.

Terdapat keterangan dalam kitab Assarul Mufidah, barang siapa yang mengamalkan membaca ayat kursi, setiap kali membaca sebanyak 18 kali, inyaallah ia akan hidup berjiwa tauhid, dibukakan dada dengan berbagai hikmat, dimudahkan rezekinya, dinaikkan martabatnya, diberikan kepadanya pengaruh sehingga orang selalu segan kepadanya, diperlihara dari segala bencana dengan izin Allah s.w.t.

Salah seorang ulama Hindi mendengar dari salah seorang guru besarnya dari Abi Lababah r.a, membaca ayat Kursi sebanyak anggota sujud (7 kali) setiap hari ada benteng pertahanan Rasulallah s.a.w.

Syeikh Abul ‘Abas alBunni menerangkan: “Sesiapa membaca ayat Kursi sebanyak hitungan kata-katanya (50 kali), di tiupkan pada air hujan kemudian diminumnya, maka inysyaallah tuhan mencerdaskan akalnya dan memudahkan faham pada pelajaran yang dipelajari.

Sesiapa yang membaca ayat Kursi selepas sembahyang fardhu, Tuhan akan mengampunkan dosanya. Sesiapa yang membacanya ketika hendak tidur, terpelihara dari gangguan syaitan, dan sesiapa yang membacanya ketika ia marah, maka akan hilang rasa marahnya.

Syeikh alBuni menerangkan: Sesiapa yang membaca ayat Kursi sebanyak hitungan hurufnya (170 huruf), maka insyaallah, Tuhan akan memberi pertolongan dalam segala hal dan menunaikan segala hajatnya, dam melapangkan fikiranyan, diluluskan rezekinya, dihilangkan kedukaannya dan diberikan apa yang dituntutnya.

Barang siapa membaca ayat Kursi ketika hendak tidur, maka Tuhan mewakilkan dua malaikat yang menjaga selama tidurnya sampai pagi.

Abdurahman bin Auf menerangkan bahawa, ia apabila masuk kerumahnya dibaca ayat Kursi pada empat penjuru rumahnya dan mengharapkan dengan itu menjadi penjaga dan pelindung syaitan.

Syeikh Buni menerangkan: sesiapa yang takut terhadap serangan musuh hendaklah ia membuat garis lingkaran denga nisyarat nafas sambil membaca ayat Kuris. Kemudian ia masuk bersama jamaahnya kedalam garis lingkaran tersebut menghadap kearah musuh, sambil membaca ayat Kursi sebayak 50 kali, atau sebanayk 170 kali, insyaallah musuh tidak akan melihatnya dan tidak akan memudharatkannya.

Syeikul Kabir Muhyiddin Ibnul Arabi menerangkan bahawa; sesiapa yang membaca ayat Kursi sebayak 1000 kali dalam sehari semalam selama 40 hari, maka demi Allah, demi Rasul, demi alQuran yang mulia, Tuhan akan membukakan baginya pandangan rohani, dihasilkan yang dimaksud dan diberi pengaruh kepada manusia. (dari kitab Khawasul Qur’an)

Senin, 02 Juli 2012

Benarkah Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab?

Benarkah Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab?
Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas atsar Imam Ali bahwa para sahabat Nabi mengatakan “ketenangan ada pada Lisan Umar”. Telah kami buktikan bahwa atsar ini kedudukannya dhaif dengan keseluruhan jalan-jalannya. Kali ini kami akan membahas matan atsar tersebut dan membuktikan bahwa atsar tersebut keliru. Para sahabat banyak yang tidak tenang dengan lisan Umar bin Khaththab.
Asma’ binti Umais termasuk salah seorang sahabat Nabi yang pernah marah dan tidak tenang atas perkataan [lisan] Umar bin Khaththab sampai-sampai ia mengadukannya kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hal ini diriwayatkan dalam Shahih Muslim
قال فدخلت أسماء بنت عميس وهي ممن قدم معنا على حفصة زوج النبي صلى الله عليه و سلم زائرة وقد كانت هاجرت إلى النجاشي فيمن هاجر إليه فدخل عمر على حفصة وأسماء عندها فقال عمر حين رأى أسماء من هذه ؟ قالت أسماء بنت عميس قال عمر الحبشية هذه ؟ البحرية هذه ؟ فقالت أسماء نعم فقال عمر سبقناكم بالهجرة فنحن أحق برسول الله صلى الله عليه و سلم منكم فغضبت وقالت كلمة كذبت يا عمر كلا والله كنتم مع رسول الله صلى الله عليه و سلم يطعم جائعكم ويعظ جاهلكم وكنا في دار أو في أرض البعداء البغضاء في الحبشة وذلك في الله وفي رسوله وايم الله لا أطعم طعاما ولا أشرب شرابا حتى أذكر ما قلت لرسول الله صلى الله عليه و سلم ونحن كنا نؤذى ونخاف وسأذكر ذلك لرسول الله صلى الله عليه و سلم وأسأله ووالله لا أكذب ولا أزيغ ولا أريد على ذلك قال فلما جاء النبي صلى الله عليه و سلم قالت يا نبي الله إن عمر قال كذا وكذا فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ليس بأحق بي منكم وله ولأصحابه هجرة واحدة ولكم أنتم أهل السفينة هجرتان
Asma’ binti Umais dan ia termasuk yang datang bersama kami, masuk ke rumah Hafshah istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ia juga pernah hijrah ke tempat Raja Najasyiy maka masuklah Umar menemui Hafshah dan Asma’ ada disisinya. Ketika melihat Asma’, Umar berkata “siapa ini?”. Ia berkata “Asma’binti Umais”. Umar berkata “apakah ia ikut hijrah ke Habsyah?”. Asma’ berkata “benar”. Umar berkata “kalau begitu kami lebih berhak terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dari pada kalian”. Asma’ menjadi marah dan berkata “engkau berdusta wahai Umar, demi Allah kalian bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Beliau memberi makan orang yang lapar diantara kalian dan memberi nasehat pada orang yang tidak mengerti diantara kalian sedangkan kami berada di tanah yang jauh dan penuh tantangan di Habsyah dan itu karena Allah dan Rasul-Nya, demi Allah aku tidak akan makan dan minum sebelum melaporkan hal ini kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] karena kami merasa dihina dan dicemaskan. Demi Allah aku tidak berdusta dan tidak mengada-ada, ketika Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] datang Asma’ berkata “wahai Rasulullah, Umar berkata begini dan begitu”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “ia tidaklah lebih berhak dari kalian terhadapku, ia dan sahabatnya hijrah satu kali sedangkan kalian ahlu safiinah hijrah dua kali” [Shahih Muslim no 2503]
Hadis diatas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar telah membuat Asma’ binti Umais marah dan menuduhnya dusta sehingga Asma’ mengadukan perkataan Umar kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ternyata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengingkari apa yang diucapkan Umar [radiallahu ‘anhu] dan membela Asma’ binti Umais. Hadis di atas termasuk dalil yang menunjukkan bahwa “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah keliru.
عن ابن عباس قال لما حضر رسول الله صلى الله عليه و سلم وفي البيت رجال فيهم عمر ابن الخطاب فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( هلم أكتب لكم كتابا لا تضلون بعده ) فقال عمر إن رسول الله صلى الله عليه و سلم قد غلب عليه الوجع وعندكم القرآن حسبنا كتاب الله فاختلف أهل البيت فاختصموا فمنهم من يقول قربوا يكتب لكم رسول الله صلى الله عليه و سلم كتابا لن تضلوا بعده ومنهم من يقول ما قال عمر فلما أكثروا اللغو والاختلاف عند رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( قوموا ) قال عبيدالله فكان ابن عباس يقول إن الرزية كل الرزية ما حال بين رسول الله صلى الله عليه و سلم وبين أن يكتب لهم ذلك الكتاب من اختلافهم ولغطهم
Dari Ibnu Abbas yang berkata “Ketika ajal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah hampir tiba dan di dalam rumah beliau ada beberapa orang diantara mereka adalah Umar bin Khattab. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “berikan kepadaku, aku akan menuliskan untuk kalian wasiat, agar kalian tidak sesat setelahnya”. Kemudian Umar berkata “sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dikuasai sakitnya dan di sisi kalian ada Al-Qur’an, cukuplah untuk kita Kitabullah” kemudian orang-orang di dalam rumah berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata, “berikan apa yang dipinta Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Agar beliau menuliskan bagi kamu sesuatu yang menghindarkan kamu dari kesesatan”. Sebagian lainnya mengatakan sama seperti ucapan Umar. Dan ketika keributan dan pertengkaran makin bertambah di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata “menyingkirlah kalian” Ubaidillah berkata Ibnu Abbas selalu berkata “musibah yang sebenar-benar musibah adalah penghalangan antara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan penulisan wasiat untuk mereka disebabkan keributan dan perselisihan mereka” [Shahih Muslim no 1637]
Hadis Ibnu Abbas diatas tentang “musibah hari kamis” menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah memicu keributan dan perselisihan diantara sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sebagian dari sahabat Nabi mengikuti ucapan Umar dan sebagian lain ingin memenuhi permintaan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Keributan inilah yang membuat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak suka dan menyebabkan terhalangnya penulisan wasiat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata bahwasanya ketika bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai kepada Umar bin Khaththab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata ”wahai Putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih kami cintai daripada Ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih kami cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar rumah ini tempat mereka berkumpul”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berkata “tahukah kalian bahwa Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah ia akan melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai, simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih]
Riwayat diatas menunjukkan lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] kepada Sayyidah Fathimah [‘alaihis salaam] yang berupa ancaman membakar rumah ahlul bait. Perkataan Umar inilah yang membuat Sayyidah Fathimah khawatir dan meminta agar orang-orang tersebut tidak berkumpul di rumahnya. Jadi sangat tidak mungkin kalau Ahlul Bait berkata “ketenangan ada pada lisan Umar”. Apa ada ketenangan jika ada yang mengancam membakar rumah anda?.
أخبرني أبو بكر محمد بن أحمد المزكي بمرو حدثنا عبد الله بن روح المدايني حدثنا يزيد بن هارون أنبأ هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة رضى الله تعالى عنه قال قال لي عمر يا عدو الله وعدو الإسلام خنت مال الله قال قلت لست عدو الله ولا عدو الإسلام ولكني عدو من عاداهما ولم أخن مال الله ولكنها أثمان أبلي وسهام اجتمعت قال فأعادها علي وأعدت عليه هذا الكلام قال فغرمني اثني عشر ألفا قال فقمت في صلاة الغداة فقلت اللهم اغفر لأمير المؤمنين فلما كان بعد ذلك أرادني على العمل فأبيت عليه فقال ولم وقد سأل يوسف العمل وكان خيرا منك فقلت أن يوسف نبي بن نبي بن نبي بن نبي وأنا بن أميمة وأنا أخاف ثلاثا واثنتين قال أولا تقول خمسا قلت لا قال فما هن قلت أخاف أن أقول بغير علم وأن أفتي بغير علم وأن يضرب ظهري وأن يشتم عرضي وأن يؤخذ مالي بالضرب هذا حديث بإسناد صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه
Telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy di Marwa yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah memberitakan kepada kami Hisyaam bin Hasan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah yang berkata Umar berkata kepadaku “wahai Musuh Allah dan musuh Islam, engkau telah mengkhianati harta Allah. Aku berkata “aku bukan Musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya, aku pun tidak mengkhianati harta Allah. Harta itu adalah hasil penjualan unta-untaku dan sejumlah harta yang aku kumpulkan. Ia [Umar] berkata “kembalikanlah” dan aku mengulangi perkataan yang tadi. [Abu Hurairah] berkata “maka ia mengambil dariku dua belas ribu [dirham]. [Abu Hurairah] berkata “maka aku mendirikan shalat malam dan berdoa “Ya Allah, ampunilah amirul mukminin”. Suatu ketika setelah peristiwa itu ia memintaku untuk bertugas dan aku menolaknya. Ia [Umar] berkata “bukankah sungguh telah bertugas Yusuf dan ia lebih baik darimu”. Aku [Abu Hurairah] berkata “Yusuf adalah Nabi anak Nabi anak Nabi anak Nabi sedangkan aku adalah anak Umaimah dan aku takut tiga dan dua”. Ia [Umar] berkata “kenapa tidak engkau katakan lima?”. Aku [Abu Hurairah] berkata “tidak”. Umar berkata “apakah itu?” Aku [Abu Hurairah] berkata “aku takut berbicara tanpa ilmu, berfatwa tanpa ilmu, punggungku dicambuk, harga diriku dicela dan hartaku diambil dengan paksa”. Al Hakim berkata “hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim tetapi mereka tidak mengeluarkannya” [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]
Riwayat di atas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah menuduh Abu Hurairah sebagai musuh Allah dan musuh Islam. Abu Hurairah menolak pernyataan itu dan mengakui kalau harta itu adalah miliknya. Umar menolak perkataan Abu Hurairah dan mengambil paksa hartanya. Abu Hurairah jelas tidak menyetujui lisan dan tindakah Umar sehingga ia berdoa memintakan ampun untuk Umar dan menolak ketika Umar memintanya bekerja kembali. Nampak dalam alasan Abu Hurairah adalah isyarat bahwa ia tidak ingin harga dirinya dicela dan hartanya diambil secara paksa. Apakah ada ketenangan jika ada yang menuduh anda musuh Allah dan musuh islam bahkan menuduh anda mengkhianati harta Allah?
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa matan atsar “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah mungkar karena bertentangan dengan kabar shahih. Hal ini menjadi penguat bahwa atsar tersebut kedudukannya dhaif. Nashibi yang mati-matian membela atsar tersebut hanya membuktikan kalau mereka ghuluw terhadap sahabat Umar bin Khaththab [radiallahu ‘anhu]. Aneh tapi nyata, itulah Nashibi. Salam damai