Benarkah Ketenangan Ada Pada Lisan Umar bin Khaththab?
Tulisan kali ini adalah lanjutan dari tulisan sebelumnya yang membahas atsar Imam Ali bahwa para sahabat Nabi mengatakan “ketenangan ada pada Lisan Umar”. Telah kami buktikan bahwa atsar ini kedudukannya dhaif dengan keseluruhan jalan-jalannya. Kali ini kami akan membahas matan atsar tersebut dan membuktikan bahwa atsar tersebut keliru. Para sahabat banyak yang tidak tenang dengan lisan Umar bin Khaththab.
Asma’ binti Umais termasuk salah seorang sahabat Nabi yang pernah marah dan tidak tenang atas perkataan [lisan] Umar bin Khaththab sampai-sampai ia mengadukannya kepada Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Hal ini diriwayatkan dalam Shahih Muslim
قال فدخلت أسماء بنت عميس وهي ممن قدم معنا على حفصة زوج النبي صلى الله عليه و سلم زائرة وقد كانت هاجرت إلى النجاشي فيمن هاجر إليه فدخل عمر على حفصة وأسماء عندها فقال عمر حين رأى أسماء من هذه ؟ قالت أسماء بنت عميس قال عمر الحبشية هذه ؟ البحرية هذه ؟ فقالت أسماء نعم فقال عمر سبقناكم بالهجرة فنحن أحق برسول الله صلى الله عليه و سلم منكم فغضبت وقالت كلمة كذبت يا عمر كلا والله كنتم مع رسول الله صلى الله عليه و سلم يطعم جائعكم ويعظ جاهلكم وكنا في دار أو في أرض البعداء البغضاء في الحبشة وذلك في الله وفي رسوله وايم الله لا أطعم طعاما ولا أشرب شرابا حتى أذكر ما قلت لرسول الله صلى الله عليه و سلم ونحن كنا نؤذى ونخاف وسأذكر ذلك لرسول الله صلى الله عليه و سلم وأسأله ووالله لا أكذب ولا أزيغ ولا أريد على ذلك قال فلما جاء النبي صلى الله عليه و سلم قالت يا نبي الله إن عمر قال كذا وكذا فقال رسول الله صلى الله عليه و سلم ليس بأحق بي منكم وله ولأصحابه هجرة واحدة ولكم أنتم أهل السفينة هجرتان
Asma’ binti Umais dan ia termasuk yang datang bersama kami, masuk ke rumah Hafshah istri Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] dan ia juga pernah hijrah ke tempat Raja Najasyiy maka masuklah Umar menemui Hafshah dan Asma’ ada disisinya. Ketika melihat Asma’, Umar berkata “siapa ini?”. Ia berkata “Asma’binti Umais”. Umar berkata “apakah ia ikut hijrah ke Habsyah?”. Asma’ berkata “benar”. Umar berkata “kalau begitu kami lebih berhak terhadap Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] dari pada kalian”. Asma’ menjadi marah dan berkata “engkau berdusta wahai Umar, demi Allah kalian bersama Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Beliau memberi makan orang yang lapar diantara kalian dan memberi nasehat pada orang yang tidak mengerti diantara kalian sedangkan kami berada di tanah yang jauh dan penuh tantangan di Habsyah dan itu karena Allah dan Rasul-Nya, demi Allah aku tidak akan makan dan minum sebelum melaporkan hal ini kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] karena kami merasa dihina dan dicemaskan. Demi Allah aku tidak berdusta dan tidak mengada-ada, ketika Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] datang Asma’ berkata “wahai Rasulullah, Umar berkata begini dan begitu”. Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] berkata “ia tidaklah lebih berhak dari kalian terhadapku, ia dan sahabatnya hijrah satu kali sedangkan kalian ahlu safiinah hijrah dua kali” [Shahih Muslim no 2503]
Hadis diatas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar telah membuat Asma’ binti Umais marah dan menuduhnya dusta sehingga Asma’ mengadukan perkataan Umar kepada Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Ternyata Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] mengingkari apa yang diucapkan Umar [radiallahu ‘anhu] dan membela Asma’ binti Umais. Hadis di atas termasuk dalil yang menunjukkan bahwa “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah keliru.
عن ابن عباس قال لما حضر رسول الله صلى الله عليه و سلم وفي البيت رجال فيهم عمر ابن الخطاب فقال النبي صلى الله عليه و سلم ( هلم أكتب لكم كتابا لا تضلون بعده ) فقال عمر إن رسول الله صلى الله عليه و سلم قد غلب عليه الوجع وعندكم القرآن حسبنا كتاب الله فاختلف أهل البيت فاختصموا فمنهم من يقول قربوا يكتب لكم رسول الله صلى الله عليه و سلم كتابا لن تضلوا بعده ومنهم من يقول ما قال عمر فلما أكثروا اللغو والاختلاف عند رسول الله صلى الله عليه و سلم قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( قوموا ) قال عبيدالله فكان ابن عباس يقول إن الرزية كل الرزية ما حال بين رسول الله صلى الله عليه و سلم وبين أن يكتب لهم ذلك الكتاب من اختلافهم ولغطهم
Dari Ibnu Abbas yang berkata “Ketika ajal Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sudah hampir tiba dan di dalam rumah beliau ada beberapa orang diantara mereka adalah Umar bin Khattab. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “berikan kepadaku, aku akan menuliskan untuk kalian wasiat, agar kalian tidak sesat setelahnya”. Kemudian Umar berkata “sesungguhnya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dikuasai sakitnya dan di sisi kalian ada Al-Qur’an, cukuplah untuk kita Kitabullah” kemudian orang-orang di dalam rumah berselisih pendapat. Sebagian dari mereka berkata, “berikan apa yang dipinta Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam Agar beliau menuliskan bagi kamu sesuatu yang menghindarkan kamu dari kesesatan”. Sebagian lainnya mengatakan sama seperti ucapan Umar. Dan ketika keributan dan pertengkaran makin bertambah di hadapan Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau berkata “menyingkirlah kalian” Ubaidillah berkata Ibnu Abbas selalu berkata “musibah yang sebenar-benar musibah adalah penghalangan antara Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan penulisan wasiat untuk mereka disebabkan keributan dan perselisihan mereka” [Shahih Muslim no 1637]
Hadis Ibnu Abbas diatas tentang “musibah hari kamis” menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah memicu keributan dan perselisihan diantara sahabat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Sebagian dari sahabat Nabi mengikuti ucapan Umar dan sebagian lain ingin memenuhi permintaan Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam]. Keributan inilah yang membuat Nabi [shallallahu ‘alaihi wasallam] tidak suka dan menyebabkan terhalangnya penulisan wasiat Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam].
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ ، حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ ، حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ أَسْلَمَ ، عْن أَبِيهِ أَسْلَمَ ؛ أَنَّهُ حِينَ بُويِعَ لأَبِي بَكْرٍ بَعْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، كَانَ عَلِيٌّ وَالزُّبَيْرُ يَدْخُلاَنِ عَلَى فَاطِمَةَ بِنْتِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، فَيُشَاوِرُونَهَا وَيَرْتَجِعُونَ فِي أَمْرِهِمْ ، فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ خَرَجَ حَتَّى دَخَلَ عَلَى فَاطِمَةَ ، فَقَالَ : يَا بِنْتَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ، وَاللهِ مَا مِنْ الْخَلْقِ أَحَدٌ أَحَبَّ إِلَيْنَا مِنْ أَبِيك ، وَمَا مِنْ أَحَدٍ أَحَبَّ إِلَيْنَا بَعْدَ أَبِيك مِنْك ، وَأَيْمُ اللهِ ، مَا ذَاكَ بِمَانِعِيَّ إِنَ اجْتَمَعَ هَؤُلاَءِ النَّفَرُ عِنْدَكِ ، أَنْ آمُرَ بِهِمْ أَنْ يُحَرَّقَ عَلَيْهِمَ الْبَيْتُ قَالَ : فَلَمَّا خَرَجَ عُمَرُ جَاؤُوهَا ، فَقَالَتْ : تَعْلَمُونَ أَنَّ عُمَرَ قَدْ جَاءَنِي ، وَقَدْ حَلَفَ بِاللهِ لَئِنْ عُدْتُمْ لَيُحَرِّقَنَّ عَلَيْكُمَ الْبَيْتَ ، وَأَيْمُ اللهِ ، لَيَمْضِيَنَّ لِمَا حَلَفَ عَلَيْهِ ، فَانْصَرِفُوا رَاشِدِينَ فَرُوْا رَأْيَكُمْ ، وَلاَ تَرْجِعُوا إِلَيَّ ، فَانْصَرَفُوا عنها ، فَلَمْ يَرْجِعُوا إِلَيْهَا ، حَتَّى بَايَعُوا لأَبِي بَكْرٍ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Bisyr yang berkata telah menceritakan kepada kami Ubaidillah bin Umar telah menceritakan kepada kami Zaid bin Aslam dari Aslam Ayahnya yang berkata bahwasanya ketika bai’at telah diberikan kepada Abu Bakar sepeninggal Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam], Ali dan Zubair masuk menemui Fatimah binti Rasulullah, mereka bermusyawarah dengannya mengenai urusan mereka. Ketika berita itu sampai kepada Umar bin Khaththab, ia bergegas keluar menemui Fatimah dan berkata ”wahai Putri Rasulullah [shallallahu ‘alaihi wasallam] demi Allah tidak ada seorangpun yang lebih kami cintai daripada Ayahmu dan setelah Ayahmu tidak ada yang lebih kami cintai dibanding dirimu tetapi demi Allah hal itu tidak akan mencegahku jika mereka berkumpul di sisimu untuk kuperintahkan agar membakar rumah ini tempat mereka berkumpul”. Ketika Umar pergi, mereka datang dan Fatimah berkata “tahukah kalian bahwa Umar telah datang kepadaku dan bersumpah jika kalian kembali ia akan membakar rumah ini tempat kalian berkumpul. Demi Allah ia akan melakukan apa yang ia telah bersumpah atasnya jadi pergilah dengan damai, simpan pandangan kalian dan janganlah kalian kembali menemuiku”. Maka mereka pergi darinya dan tidak kembali menemuinya sampai mereka membaiat Abu Bakar [Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 14/567 no 38200 dengan sanad shahih]
Riwayat diatas menunjukkan lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] kepada Sayyidah Fathimah [‘alaihis salaam] yang berupa ancaman membakar rumah ahlul bait. Perkataan Umar inilah yang membuat Sayyidah Fathimah khawatir dan meminta agar orang-orang tersebut tidak berkumpul di rumahnya. Jadi sangat tidak mungkin kalau Ahlul Bait berkata “ketenangan ada pada lisan Umar”. Apa ada ketenangan jika ada yang mengancam membakar rumah anda?.
أخبرني أبو بكر محمد بن أحمد المزكي بمرو حدثنا عبد الله بن روح المدايني حدثنا يزيد بن هارون أنبأ هشام بن حسان عن محمد بن سيرين عن أبي هريرة رضى الله تعالى عنه قال قال لي عمر يا عدو الله وعدو الإسلام خنت مال الله قال قلت لست عدو الله ولا عدو الإسلام ولكني عدو من عاداهما ولم أخن مال الله ولكنها أثمان أبلي وسهام اجتمعت قال فأعادها علي وأعدت عليه هذا الكلام قال فغرمني اثني عشر ألفا قال فقمت في صلاة الغداة فقلت اللهم اغفر لأمير المؤمنين فلما كان بعد ذلك أرادني على العمل فأبيت عليه فقال ولم وقد سأل يوسف العمل وكان خيرا منك فقلت أن يوسف نبي بن نبي بن نبي بن نبي وأنا بن أميمة وأنا أخاف ثلاثا واثنتين قال أولا تقول خمسا قلت لا قال فما هن قلت أخاف أن أقول بغير علم وأن أفتي بغير علم وأن يضرب ظهري وأن يشتم عرضي وأن يؤخذ مالي بالضرب هذا حديث بإسناد صحيح على شرط الشيخين ولم يخرجاه
Telah mengabarkan kepadaku Abu Bakar Muhammad bin Ahmad Al Muzakkiy di Marwa yang berkata telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Rawh Al Madainiy yang berkata telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun yang berkata telah memberitakan kepada kami Hisyaam bin Hasan dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah yang berkata Umar berkata kepadaku “wahai Musuh Allah dan musuh Islam, engkau telah mengkhianati harta Allah. Aku berkata “aku bukan Musuh Allah dan juga bukan musuh Islam tetapi aku adalah musuh siapapun yang memusuhi keduanya, aku pun tidak mengkhianati harta Allah. Harta itu adalah hasil penjualan unta-untaku dan sejumlah harta yang aku kumpulkan. Ia [Umar] berkata “kembalikanlah” dan aku mengulangi perkataan yang tadi. [Abu Hurairah] berkata “maka ia mengambil dariku dua belas ribu [dirham]. [Abu Hurairah] berkata “maka aku mendirikan shalat malam dan berdoa “Ya Allah, ampunilah amirul mukminin”. Suatu ketika setelah peristiwa itu ia memintaku untuk bertugas dan aku menolaknya. Ia [Umar] berkata “bukankah sungguh telah bertugas Yusuf dan ia lebih baik darimu”. Aku [Abu Hurairah] berkata “Yusuf adalah Nabi anak Nabi anak Nabi anak Nabi sedangkan aku adalah anak Umaimah dan aku takut tiga dan dua”. Ia [Umar] berkata “kenapa tidak engkau katakan lima?”. Aku [Abu Hurairah] berkata “tidak”. Umar berkata “apakah itu?” Aku [Abu Hurairah] berkata “aku takut berbicara tanpa ilmu, berfatwa tanpa ilmu, punggungku dicambuk, harga diriku dicela dan hartaku diambil dengan paksa”. Al Hakim berkata “hadis ini sanadnya shahih sesuai dengan syarat Bukhari Muslim tetapi mereka tidak mengeluarkannya” [Al Mustadrak Ash Shahihain juz 2 no 3327]
Riwayat di atas menunjukkan bahwa lisan [perkataan] Umar [radiallahu ‘anhu] telah menuduh Abu Hurairah sebagai musuh Allah dan musuh Islam. Abu Hurairah menolak pernyataan itu dan mengakui kalau harta itu adalah miliknya. Umar menolak perkataan Abu Hurairah dan mengambil paksa hartanya. Abu Hurairah jelas tidak menyetujui lisan dan tindakah Umar sehingga ia berdoa memintakan ampun untuk Umar dan menolak ketika Umar memintanya bekerja kembali. Nampak dalam alasan Abu Hurairah adalah isyarat bahwa ia tidak ingin harga dirinya dicela dan hartanya diambil secara paksa. Apakah ada ketenangan jika ada yang menuduh anda musuh Allah dan musuh islam bahkan menuduh anda mengkhianati harta Allah?
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa matan atsar “ketenangan ada pada lisan Umar” adalah mungkar karena bertentangan dengan kabar shahih. Hal ini menjadi penguat bahwa atsar tersebut kedudukannya dhaif. Nashibi yang mati-matian membela atsar tersebut hanya membuktikan kalau mereka ghuluw terhadap sahabat Umar bin Khaththab [radiallahu ‘anhu]. Aneh tapi nyata, itulah Nashibi. Salam damai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar